Minggu, 19 Juni 2011

kompas

JAKARTA, KOMPAS.com -- Bukan grup Naif kalau di panggung tak ceplas-ceplos menyindir tingkah laku artis-artis lain. Kali ini para "korban" mereka adalah Briptu Norman dan Syahrini.
Itu terjadi ketika Naif--David (vokal), Jarwo (gitar), Emil (bas), dan Pepeng (drum)--tampil dalam konser Road to Soundrenaline 2011 di Vicky Sianipar Music Center, Jakarta, Sabtu (18/6/2011) malam.
Dalamkonser tersebut, mula-mula Naif menggelindingkan "Cuek" dan "Piknik '72". Namun, menjelang lagu ketiga, David mulai berceloteh. "Ayo mau lagu apa? 'Mobil Balap', itu mah nanti. Langsung pakai mobil, nanti kecepetan. Jikalau 'Jikalau' (menyanyikan lagu berjudul 'Jikalau') gimana?" seru David, yang langsung disahut permainan gitar elektrik Jarwo,
Bertambah malam, Naif semakin "gila" dengan banyolan mereka di depan kira-kira 100 Go A Head People (para penonton Road to Soundrenaline 2011). "Mau yang cepat atau slow? Gimana kalau judulnya 'Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia di Seluruh Dunia'?" seru David, yang dengan cepat menyebut judul lagu itu sebelum dinyanyikannya.
Sesudah melantunkan lagu baru "Karena Kamu Cuma Satu", lagi-lagi David mengocok perut para penonton. "Lagu berikut ini mengingatkan kita kepada Briptu Norman, mari kembalikan dia menjadi polisi, jangan menjadi selebriti seperti Syahrini. Hidup Briptu Syahrini!" sindir David dengan canda pada intro lagu "Televisi", yang kemudian dilanjutkan dengan lagu baru lain, "Apa Adanya".
Walaupun menebar banyak humor dalam konser itu, Naif juga tetap memanjakan para penonton dengan musik. David menyilakan mereka untuk menyebut judul lagu-lagu yang mereka inginkan. "Ayo mau lagu apa lagi? 'Mobil Balap' belum. Nah, yang itu juga belum. Apalagi yang itu, belum. Satu itu juga belum," celoteh David lagi seolah sedang menjanjikan repertoar panjang dalam tersebut.
Namun, tiba-tiba seorang penonton berceletuk dan menarik perhatian David. "Siapa tadi yang minta kunci D sus 7? Baiklah berikut ini judulnya 'Posesif'," seru David diiringi intro "Possesif", yang berkord gitar D Sus 7.
Selanjutnya, ada "Curi-curi Pandang" hingga "Air dan Api". Lewat tengah malam, "Mobil Balap" lalu menjadi lagu terakhir konser itu.
Naif tampil dalam konser Road to Soundrenaline 2011 karena mereka akan ambil bagian dalam festival musik Soundrenaline2011 di Pekanbaru, 25 Juni mendatang.
AMBON, KOMPAS.com--Komik berseri Radio Antik yang mengisahkan petualangan grup band beraliran pop 70-an, Naif, akan segera beredar di berbagai toko buku di Kota Ambon, Maluku.
"Dalam waktu dekat komik itu akan segera beredar di toko buku di Ambon," kata Drummer Naif, Pepeng, usai konser ’As you Like It’ di Hotel Aston Netsepa, Ambon, Sabtu malam (27/3).
Buku cerita bergambar karya penggebuk drum grub band retro itu sudah diluncurkan pada pertengahan Maret lalu, dan baru diperkenalkan kepada penggemarnya di Ambon menjelang konser akrab Naif pada Sabtu lalu, dan laku dilelang dengan harga Rp60.000. "Komiknya sudah diluncurkan pada 16 Maret 2010 di Jakarta," ujar Pepeng.
Ia mengatakan, komik yang diberi judul Radio Antik itu berisi kisah petualangan dari grup band Naif yang sudah berdiri pada 22 Oktober 1995, namun baru memulai debut album mereka pada 1998. "Di Jakarta harganya hanya Rp30.000," katanya.
Pemilik nama asli Franki Indrasmoro Sumbodo atau Pepeng mengaku mendapatkan ide untuk membuat sebuah komik tentang perjalanan grup bandnya dari salah satu hits mereka, Mesin Waktu, yang terdapat pada album kedua Naif, yakni Jangan Terlalu Naif yang diluncurkan pada 2000.
"Saya tertarik sekali dengan lagu kami yang berjudul Mesin Waktu, maka muncul ide membuat komik berseri tentang petualangan Naif," katanya.
Pepeng menambahkan, komik karyanya dibuat sebanyak enam seri saja dan akan diproduksi setiap bulan. "Rencananya komik itu hanya sampai enam seri saja," katanya.

PAPUA, KOMPAS.com - Konser band Naif di Jayapura, Papua, Sabtu (10/4/2010), berlangsung tanpa Pepeng, sang penggebuk drum. Pepeng sebenarnya berangkat ke Jayapura bersama personel Naif lainnya, yaitu David, Emil, dan Jarwo. Namun, sebelum naik panggung, Pepeng harus segera kembali ke Jakarta karena ibunya sakit keras.

”Posisi Pepeng diganti dengan salah seorang kru. Kebetulan kru Naif itu juga biasa main band dan hafal lagu-lagu Naif,” kata Emil, pemain bas, awal pekan ini.

Meskipun tanpa Pepeng, konser Naif di Jayapura berlangsung lancar dan sukses. Ketika rombongan Naif kembali ke Jakarta, mereka menerima kabar duka: ibunda Pepeng meninggal dunia.

”Saya baru saja pulang dari makam ibunya Pepeng,” ujar Emil.

Soal manggung tanpa personel lengkap, rupanya bukan pertama kali ini dialami Naif. Band ini pernah manggung tanpa Jarwo karena yang bersangkutan kecelakaan. Naif juga pernah manggung tanpa Emil.

Belakangan ini, kata Emil, jadwal manggung Naif ke beberapa kota cukup padat. Akibatnya, proses pembuatan album baru Naif, Planet Cinta, agak tersendat. Meski begitu, single terbaru mereka di album tersebut, ”Apa Adanya”, telah diluncurkan.

”Kami baru titipkan ke radio-radio, tapi saya belum tahu apakah lagu tersebut sudah diputar atau belum,” ujar Emil. (BSW)

JAKARTA, KOMPAS.com -- Band Naif memang lama eksis di Tanah Air dan termasuk jajaran band senior. Walau senior, hingga kini penampilan mereka tetap segar, energik, dan menghibur, jauh dari kesan tua meski musik mereka beraroma retro.
Naif tampil di Studio Orange, Jalan Palmerah Selatan No 21, Jakarta, Kamis (9/12), di acara Fanatik yang digelar KG Production.
Tampil membawakan belasan lagu, mereka mampu membawa para penonton menjelajahi kisah perjalanan Naif. David, sang vokalis, bahkan membuat penonton ger-ger-an dengan guyonannya.
Naif saat ini sedang menyiapkan album baru berjudul Planet Cinta. Single pertama mereka, ”Karena Kamu Cuma Satu”, juga dibawakan dalam acara itu. ”Ini album resmi keenam, semoga tahun depan bisa rilis. Enggak enak sama penggemar, sudah lama janji tetapi belum bisa rilis, harusnya 2010 ini rilis,” kata David seusai pentas.
Selain sibuk menyiapkan album baru, mereka juga akan langsung disibukkan dengan pembuatan klip video untuk promosi album. ”Yang pasti, kami juga akan sibuk dengan promo-promo album, setidaknya di radio-radio,” kata David.
Naif beranggotakan David (vokal), Emil (bas, kibor, vokal), Jarwo (gitar, vokal), dan Pepeng (drum, perkusi, vokal). Grup ini terbentuk sejak mereka kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). (AMR)

SEMARANG, KOMPAS.com — Bergaul bareng ketika masih berkuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ternyata tak menjamin para personel band Naif dan vokalis Ipang bisa bermusik bersama ketika mereka sudah berada dalam industri musik Tanah Air. Baru setelah hampir berusia 16 tahun, akhirnya Naif bisa tampil bareng Ipang di panggung.
Adalah panggung konser "A Flava As You Like It" di E-Plaza, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (29/4/2011) malam nanti yang akan mempertemukan David (vokal), Jarwo (gitar), Emil (bas), dan Pepeng (drum) dari Naif dengan Ipang, vokalis band BIP yang juga berkarier solo. "Ini pertama kali Naif bekerja sama dengan Ipang. Padahal, Ipang salah satu orang yang pada awal karier Naif, hampir 16 tahun lalu, ngebantu. Kami satu kampus, di IKJ," celoteh David di Semarang dalam jumpa pers mengenai konser tersebut pada Jumat siang.
Lanjut David, seharusnya sejak dulu Naif dan Ipang bermusik bersama. Tapi, menurut Ipang, yang juga hadir dalam jumpa pers itu, "Enggak apa-apa. Paling enggak, (sekarang) kami (masing-masing) kan sudah ngalamin banyak pengalaman bermusik."
As You Like versi A Flava, berbeda dengan versi A Mild, menyuguhkan kerja sama musik antarartis dari dua atau lebih jenis musik. Untuk tahun ini, jenis musiknya masih pop dan rock. Naif mewakili pop retro, sedangkan Ipang rock, menurut Danang Pamungkas, Marketing Area Manager PT HM Sampoerna Tbk untuk area Semarang, yang menyelenggarakan "A Flava As You Like It" di kota tersebut.
Terang Danang, selain Naif dan Ipang di Semarang, tahun pertama ini ada Efek Rumah Kaca dan Ipang di Bandung (16/4/2011); Mike's Apartment, Pure Saturday, Ernest "Cokelat", dan Adhitia Sofyan di Jakarta (7/5/2011); serta J-Rocks dan Ipang di Surabaya (14/5/2011).
Ipang dan Naif menyebut kerja sama musik yang akan mereka suguhkan dalam konser itu bukan kerja sama seperti yang mungkin dibayangkan oleh para penonton konser tersebut. "Biasanya orang lain kalau kolaborasi kan nge-blend. Tapi, ini enggak. Malah sengaja dibikin njomplang, bahkan ada yang ditabrakin. Bisa dibilang main bareng barangkali, dengan cara masing-masing. Tapi, menghasilkan sesuatu," kata Ipang didukung oleh David.
Akan ada belasan lagu digulirkan oleh Naif dan Ipang dalam konser yang akan dinikmati hanya oleh 450 penonton muda berusia 18 tahun ke atas yang mendapat undangan dari penyelenggara konser itu. Ada lagu-lagu Naif, Ipang, dan artis-artis musik lain yang ternama.
JAKARTA, KOMPAS.com - Teknologi reproduksi terbaru yang dikenal dengan bayi tabung dahulu sering dipandang sebagai pilihan terakhir bagi sejumlah pasangan suami isteri yang ingin segera mendapatkan buah hati. Padahal dengan indikasi yang nyata, tidak ada alasan bagi pasangan suami isteri yang punya masalah untuk menunda-nunda program bayi tabung.
"Pada saat ini pasangan dengan alasan yang nyata, bayi tabung dapat langsung menjadi pilihan pertama jika masalah yang didapat cukup berat," ujar dr. Sudirmanto, SpOG - KFER, Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, saat seminar awam "Harapan Baru Untuk Mendapatkan Buah Hati", Sabtu, (18/6/2011).
Selain bayi tabung, ada beberapa pilihan terapi, baik itu secara alamiah, obat-obatan, operasi dan inseminasi (memasukan sperma suami langsung kedalam rahim).
Menurut Sudirmanto, situasi pada wanita yang misalnya mengalami permasalahan kerusakan atau penyumbatan saluran indung telur (kiri kanan) dan sulit untuk diperbaiki kembali melalui operasi sebaiknya segera melakukan program bayi tabung. Begitu juga, pada pria dengan kualitas sperma yang sangat jelek atau dengan sperma yang tidak ada sama sekali atau biasa disebut azospermia, yang tidak mungkin bisa sembuh sekalipun dengan mengonsumsi obat-obatan.
"Pada keadaan demikian sebaiknya langsung saja deh ikut bayi tabung, nggak usah tunda-tunda," tegasnya.
Sudirmanto memaparkan, ada hal-hal lain yang juga dapat menjadi pertimbangan kapan seharusnya seorang pasangan mengikuti bayi tabung.
Pertama, saat dijumpai endometriosis derajat sedang samapai derajat berat yang sudah dioperasi dan diberikan obat-obatan akan tetapi belum berhasil hamil dalam waktu 6-12 bulan.
Kedua, saat dijumpai gangguan kesuburan yang tidak dapat ditentukan penyebabnya dan telah diobati beberapa kali dengan obat-obatan pemicu indung telur dan 3-4 kali inseminasi sperma ke dalam rahim namun juga tidak menghasilkan kehamilan.
Ketiga, saat dijumpai gangguan kesuburan pada wanita usia reproduksi lanjut (37 tahun) dan kegagalan inseminasi sperma ke dalam rahim yang berulang.
Keempat, saat dijumpai adanya gangguan kesuburan karena adanya masalah imunologi.
Kelima, saat dijumpai adanya gangguan kesuburan pada suami dan istri secara bersamaan.
Untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan program bayi tabung, Sudirmanto mengatakan, bahwa keputusan tetap berada di tangan dokter. Apabila indikasinya sudah nyata dan jelas, biasanya pasien akan diarahkan untuk mengikuti program bayi tabung.
Namun mengingat biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, belum lagi tidak ada jaminan 100 persen kepastian keberhasilan untuk mendapatkan buah hati pascamelakukan bayi tabung, membuat sebagian pasangan masih berpikir ulang untuk melakukannya.
KOMPAS.com - Dengan alat pembuat kopi instan—coffee syphon— Saiful Bahri hanya butuh waktu tujuh menit untuk menyajikan secangkir kopi luwak kepada tamunya. Pelayan di kafe dan peristirahatan Gunung Gumitir, Jember, itu bercerita tentang aroma dan kenikmatan kopi luwak arabika yang disajikan dengan gula merah itu. "Aroma kopi luwak masih melekat dan sangat terasa bila pakai gula merah atau gula kelapa dibandingkan pakai gula pasir," kata Saiful Bahri berpromosi di areal perkebunan Gunung Gumitir, Jumat (17/6/2011).
Secangkir kopi luwak arabika tarifnya Rp 50.000 dan secangkir kopi luwak robusta Rp 40.000. Harga kopi seperti itu sepadan dengan suasana pemandangan alam kebun kopi yang bisa dinikmati pengunjung. Harga itu turun dibandingkan tahun lalu yang harganya Rp 65.000 untuk secangkir kopi luwak arabika dan Rp 50.000 untuk secangkir kopi luwak robusta.
Agak aneh karena, menurut Saiful Bahri, harga minuman kopi luwak turun sejak beberapa bulan lalu karena banyak permintaan dari tamunya di Gunung Gumitir. Sedangkan harga kopi arabika biasa kualitas ekspor hanya sepertiga atau seperempat dari harga kopi luwak. Harga kopi arabika Jawa Kopi Raung yang diekspor ke Swiss (Eropa) pekan lalu hanya sekitar Rp 38.000 per kilogram (kg). Bandingkan dengan harga kopi luwak produksi Pusat Penelitian (Puslit) Kopi dan Kakao Indonesia Jember di pasar ekspor dijual 120 dolar AS per kg.
Demikian juga kopi luwak arabika hasil produksi dari Kelompok Tani Rahayu dari Lereng Gunung Malabar, Priangan, harga jualnya Rp 1,2 juta-Rp 1,5 juta per kg. "Harga penawaran kopi luwak arabika produksi Puslit Kopi dan Kakao hanya sebagai penyangga. Artinya, harga kopi luwak milik petani atau perusahaan lain jangan sampai jauh lebih rendah dari 120 dollar AS," kata Surip Mawardi, peneliti dan penguji rasa kopi di Puslit Kopi dan Kakao.
Oleh sebab itu, saat pelaksanaan Temu Lapang Kopi 2011 oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember dan Bondowoso, 15-16 Juni 2011, para peserta bercerita banyak tentang bagaimana memproduksi kopi luwak. Informasi mengenai cara memproduksi kopi luwak supaya baik disampaikan secara terbuka, tidak ada pengalaman atau yang harus ditutup-tutupi atau disembunyikan.
Semua disampaikan secara terbuka dan transparan. Ini bermula saat para peserta temu lapang melihat secara langsung proses produksi kopi luwak di kebun percobaan Desa Andungsari, Kecamatan Pakem, Bondowoso. Di lahan tanaman kopi arabika seluas hampir 100 hektar (ha) milik Puslit Kopi dan Kakao, ada 10 luwak dalam sangkar di tengah kebun itu.
Sangkar yang disediakan luasnya bervariasi, ada 1 x 1 meter dan tinggi 2 meter. Ada pula sangkar besar ukuran 3 x 5 meter dan tinggi 2 meter. Di dalam sangkar itu ada enam pohon kopi arabika dan kotak tempat luwak bersembunyi saat tidur. Setiap hari pada musim kopi, kandang diberi 1 kg kopi gelondong merah tua dan baru dipetik. Dari 1 kg yang disuguhkan itu, besoknya yang dikeluarkan oleh luwak dan menjadi kopi beras hanya 200-400 gram. "Selama musim kopi, produksi setiap ekor hanya sekitar 14 kg," kata Yusianto, peneliti di Puslit Kopi dan Kakao. Biji kopi yang dibuang bersama kotoran luwak itulah yang kemudian diproses menjadi kopi luwak.
Agar kualitas kopi bagus, kesehatan luwak sebagai "mesin giling" harus diperhatikan. Makanan yang diberikan harus diperhatikan nutrisinya.
Supriyanto Nuri, Ketua Kelompok Tani Kopi Rahayu, di Pengalengan, Jawa Barat, bercerita, tiap pagi ia memberi luwak peliharaannya telor ayam kampung dan madu. Sorenya diberi pisang atau pepaya dan apel hijau (apel malang). "Sesekali diberi pakan ayam kampung dan belut hidup. Bila perlu diberi ikan nilem," kata Nuri.
Menu luar biasa itu semata agar luwak menghasilkan enzim yang tinggi dan akhirnya kopi istimewa.
Puslit Kopi dan Kakao Jember begitu juga, memberi pakan luwak berupa pisang dan pepaya. Setiap tiga hari sekali diberi ikan asin atau ayam segar. Wajar kalau biaya pemeliharaan luwak bisa sampai Rp 1,2 juta sebulan. "Kualitas kopi dipengaruhi kualitas makanan. Luwak makan buah kopi bukan karena lapar, tetapi butuh nutrisi yang ada di ceri kopi," kata Nuri.
Kelompok tani yang dipimpin Nuri beranggotakan 163 orang dengan lahan kopi 103 ha. Produksinya 120 ton per tahun, ditambah 4,2 ton kopi luwak setahun.
Dari Forum Temu Kopi Luwak di Gunung Gumitir, kita semua diingatkan bahwa kopi luwak sampai saat ini diproduksi sesuai hukum alam: hukum luwak. Jadi, jangan memaksa luwak menjadi buruh pabrik....(Sjamsul Hadi)

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur Jakarta Fauzi Bowo, mengawali kegiatan Ubeg-Ubeg Jakarta di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (19/6/2011) pagi, dengan menulis usul pribadinya. Dalam pesan atau usulannya, Gubernur yang akrab dengan panggilan Bang Foke itu menulis, "Aspirasi warga adalah tanda cinta warga kota terhadap kotanya, 19 Juni, 2011, Gubernur Fauzi Bowo".
Ubeg-ubeg Jakarta yang merupakan kependekan dari Usul Begini Usul Begitu buat Jakarta adalah salah satu kegiatan dalam memperingati HUT ke-484 Kota Jakarta. Kegiatan ini diadakan untuk menampung aspirasi warga Jakarta terkait situasi, perkembangan, dan masa depan Jakarta.
Segera setelah menuliskan pesannya dengan tinta emas, ratusan warga langsung menyerbu spanduk yang dibentang melingkari Bundaran HI untuk menuliskan unek-unek mereka tentang Jakarta.
Masalah transportasi publik dan lalu lintas menjadi salah satu tema yang paling banyak diusulkan. "Busway-nya ditambah dong!" tulis salah seorang warga. Warga lainnya menulis, "Monorail-nya gimana?" Ada juga seorang remaja putri yang memberi ajakan bernada positif, "Ayo tertib berlalu lintas!"
Kritik, usulan, dan harapan warga, menurut Gubernur, merupakan upaya untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan Ibu Kota. Tujuannya, sebagaimana terpapar dalam tema pokok HUT Jakarta tahun ini, yakni mewujudkan Jakarta sebagai kota yang Kian Tertata, Kian Dicinta. Menurut rencana, usulan-usulan tersebut akan dibukukan.
Untuk memeriahkan kegiatan Ubeg-Ubeg Jakarta, penyelenggara menampilkan juga hiburan musik di salah satu sisi Bundaran HI.
Selain bentangan spanduk tersebut, di depan Pos Polisi Bundaran HI juga disediakan Kotak Nyablak. Dalam boks tersebut, warga Jakarta dipersilakan menyuarakan usul-usil dan unek-unek buat Jakarta tercinta.
SEMARANG, KOMPAS.com - Kegelisahan orang tua terhadap dampak televisi bagi perkembangan anak, ternyata tak hanya didominasi kalangan menengah atas saja. Kalangan bawah juga merasakan kekhawatiran yang sama. Setidaknya hal itu yang tertangkap dalam parenting school SD Juara Semarang, Minggu (19/06/2011).
Menghadirkan pembicara Budi Maryono, seorang penulis buku dan pegiat pendidikan, para orang tua murid sangat antusias mendengarkan ceramah interaktif selama satu jam itu. "Pada dasarnya, televisi itu sihir yang akan menghipnotis siapapun yang melihat di depannya," kata Budi Maryono.
Apapun tayangan televisi itu, tambah Budi, motivasi pertamanya adalah mengeruk laba dengan menjual penonton. Meski demikian, memang masih ada tayangan yang cukup inspiratif. "Tidak memiliki tv, juga bukan suatu solusi, karena bisa saja anak akan nonton di tempat tetangga. Yang pasti, ada dua cara menghindari dampak buruk tv. Pertama, menghindar. Kedua melawan dengan pertahanan diri yang cukup," tambahnya.
Pertahanan diri yang paling baik adalah dengan pembiasaan menyaksikan tontonan yang bermutu bagi anak-anak. Kalau dibiasakan melihat tayangan yang berkualitas, anak akan menyeleksi sendiri tayangan yang bermanfaat. "Kalau saya, anak-anak sejak kecil sudah terbiasa melihat film-film yang bagus, seperti Lion King, Spirit, dan sejenisnya," ujar Budi.
Dengan pembiasaan itu, mereka juga jadi terbiasa membaca bacaan yang berkualitas. "Kalau ada sinetron, anak-anak akan bilang ...ah lebay...," katanya.
Parenting school ini dihelat SD Juara Semarang, dimaksudkan agar ada sinkronisasi pembelajaran di sekolah dan di rumah. Menurut Joko Kristiyanto, Kepala SD Juara, meskipun sekolah ini gratis namun kualitas pembelajaran tetap dinomorsatukan.
"Kami juga menjadi sekolah gratis inklusif yang pertama di Semarang. Setidaknya ada beberapa anak berkebutuhan khusus yang kami tampung, dan alhamdulilah perkembangannya sangat baik," kata Joko.
Kelas parenting di sekolah yang menggunakan pendekatan sekolah alam ini diadakan minimal sebulan sekali. "Temanya menyesuaikan dengan yang lagi tren saat itu. Kami harapkan ada kesesuaian antara sekolah dan di rumah, sehingga anak tidak bingung," kata Joko.
Dalam talkshow tersebut, juga terungkap orang tua cenderung cuek terhadap frekuensi anak nonton tv. Biasanya, hal itu terjadi lebih disebabkan karena mereka tidak tahan mendengar rengekan anak. "Kalau nangis, biarkan saja. Itu adalah mekanisme alam untuk netralisasi perasaan. Lama-lama kan tidak nangis," kata Budi.
DENPASAR, KOMPAS.com — Brokoli sudah terkenal khasiatnya sebagai antioksidan yang baik dan ampuh mengatasi sejumlah penyakit, seperti masalah lambung hingga memulihkan pembuluh darah yang rusak akibat diabetes.
Bagi masyarakat Indonesia, biasanya brokoli disajikan dalam bentuk masakan, seperti capcai dan sup. Namun jika bosan dengan olahan brokoli yang selama ini dikonsumsi, Anda mungkin tertarik untuk mencoba sebuah menu kreatif, brokoli salju.
Menu brokoli salju ini pertama kali diperkenalkan oleh restoran Breaktrough yang terletak di Jalan Mahendradatta, Denpasar, Bali. Namun, bagi Anda yang berada di luar Bali, jangan khawatir, karena Anda dapat memasak menu ini di rumah. Proses pembuatannya terbilang mudah.
Pertama, siapkan 400 gram brokoli segar. Untuk bumbu dan campuran brokoli salju ini Anda juga harus menyiapkan chicken powder, daging kepiting, merica bubuk, garam, putih telur, penyedap rasa, kaldu ayam, dan gula pasir secukupnya.
Cara membuatnya: brokoli direbus hingga matang 70 persen lalu diangkat dan ditiriskan. Kemudian panaskan minyak dan masukkan brokoli serta bumbu, garam, merica penyedap rasa, gula pasir, dan chicken powder.
Aduk hingga rata kemudian tambahkan sedikit kaldu ayam dan campurkan juga tepung sagu untuk mengentalkan. Sekarang saatnya membuat campuran "salju".
Minyak goreng dipanaskan lalu masukkan kaldu ayam dan daging kepiting, aduk hingga rata. Setelah itu masukkan bumbu merica bubuk, gula pasir, garam, penyedap rasa, serta tepung maizena sebagai pengental. Yang terakhir tambahkan putih telur dan aduk hingga matang.
Setelah brokoli dicampur dengan olahan daging kepiting, hasilnya tampak seperti salju yang dikelilingi brokoli. Brokoli salju telah siap disajikan. Penikmat brokoli ini datang dari semua usia, mulai anak-anak hingga lansia.
"Waduh, mantap sekali, apalagi saya sangat suka dan membutuhkan brokoli karena sangat berguna sekali sama kesehatan tulang. Cara masak di sini pas sekali, masih hijau, ini cara masak yang benar," kata Bonar Panjaitan, seorang kakek yang sangat menyukai menu brokoli salju ini.
Nah, bagi Anda yang berada di Denpasar dan sekitarnya dapat mencicipi langsung brokoli salju di restoran Breaktrough dengan harga Rp 30 ribu per porsi. Selamat mencoba....
GUADELAJARA, KOMPAS.com - Usianya baru 16 tahun, tetapi Maria Celeste Mendoza sudah mahir menggunakan senjata. Senjata andalannya adalah Kalashnikov.
Pengakuan remaja itu mengejutkan. Profesinya adalah pembunuh bayaran kartel narkoba Meksiko. Dia dibayar 12.000 peso (Rp 8,5 juta) untuk pekerjaan dua minggu. Gaji itu tiga kali pendapatan rata-rata nasional.
Mendoza merupakan salah satu dari enam perempuan berusia di bawah 21 tahun yang ditangkap militer Meksiko pekan lalu. Mereka diringkus dalam sebuah baku tembak di Guadelajara, kota terbesar kedua di Meksiko.
Remaja putri itu mengaku dilatih menjadi pembunuh untuk Zeta, salah satu kartel narkoba paling brutal di Meksiko. Dia berlatih menggunakan senjata serbu Kalashnikov dan beberapa jenis senjata lainnya.
Meskipun demikian, belum diketahui apakah dia pernah membunuh orang.
Makin tingginya angka pengangguran di kalangan generasi muda dan kemudahan mendapatkan narkoba membuat kaum muda tergiur bergabung dengan geng-geng narkoba yang menjanjikan uang besar dalam waktu singkat.
Pada 2010, 214 anak di bawah umur ditangkap atas kejahatan terkait narkoba. Lompatan angka yang sangat signifikan dibandingkan tahun 2007 yang hanya delapan orang.
"Kejahatan terorganisasi menjadi penyedia lapangan kerja bagi sebagian populasi yang tidak memiliki banyak pilihan," kata Victor Clark-Alfaro, direktur Binational Center for Human Rights di Tijuana.
"Sejak tahun 2000, usia orang yang terlibat dengan organisasi kriminal makin muda. Dalam beberapa tahun terakhir, keterlibatan itu dimulai usia 17 atau 18 tahun," imbuhnya.
Pada Desember 2010, tentara Meksiko menangkap seorang tukang pukul geng narkoba berusia 14 tahun. Namanya Edgar Jimenez alias El Ponchis. Warga negara Amerika Serikat itu mengaku sudah membunuh beberapa orang. Dia melakukannya di bawah pengaruh narkoba.
Seorang anggota kartel La Familia, Miguel Ortiz Miranda yang tertangkap tahun lalu menggambarkan secara detail pelatihan untuk calon tukang pukul mereka.
Katanya, salah satu tesnya adalah mengeksekusi orang dengan cara yang sangat kejam. "Supaya mereka tidak takut saat disuruh memotong tangan atau kaki," Miranda.

MANILA, KOMPAS.com — Laut China Selatan makin panas. Setelah Vietnam dan China saling memprovokasi dengang menggelar latihan perang di perairan itu, kini giliran Filipina mengirim kapal perangnya ke Laut China Selatan.
Panglima militer Filipina Jenderal Eduardo Oban menyatakan dia tetap optimistis sengketa wilayah laut bisa diselesaikan secara damai dan konfrontasi bersenjata bisa dihindari.
"Kami berharap tidak akan pernah mencapai titik itu (konfrontasi bersenjata)," kata Oban saat melepas kapal Rajah Humabon menuju perairan yang menjadi sengketa antara China, Taiwan, Filipina, Vietnam, Brunei, dan Malaysia.
"Saya optimistis apa pun konflik yang mungkin timbul bisa diselesaikan secara damai dan melalui jalur diplomatik. Meskipun saat ini kita juga harus menegakkan hukum maritim di dalam 200 mil zona laut kita," tegasnya.
Pada Jumat (17/6/2011), Manila menyatakan bakal mengirim kapal Rajah Humabon ke Laut China Selatan, sehari setelah Chian mengumumkan salah satu kapal patroli lautnya akan melintasi perairan itu.
Enam negara, yakni China, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei berebut klaim perairan Laut China Selatan, khususnya Kepulauan Spratly, yang kaya sumber daya alam .
China mengklaim seluruh wilayah perairan itu secara historis merupakan wilayah nelayannya, namun Filipina berargumentasi, berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB, sebuah negara memiliki hak eksklusif atas perairan hingga 200 mil laut dari wilayah daratnya.
Rajah Humabon, dulunya fregat angkatan laut AS yang bertugas pada Perang Dunia II, merupakan salah satu kapal perang tertua dunia. Pihak AS memberikannya pada AL Filipina pada 1980.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario bertemu dengan koleganya dari ASEAN dan meminta anggota-anggota ASEAN memiliki suara sama terhadap China mengenai sengketa ini.
ROTTERDAM, KOMPAS.com — Ada pemandangan baru di Kralinge Bos, sebuah taman kota Rotterdam, Belanda. Pemerintah kota itu telah memasang pancang bercat pelangi dan bergambar sepasang kaki.
Pancang itu untuk mengingatkan para pengunjung bahwa taman itu menjadi tempat kaum homoseksual berpacaran dan bercinta.
Kaum gay hanya boleh bermesraan di tempat-tempat yang bertanda pancang pelangi itu. Di luar itu mereka bisa kena denda.
Seorang pejabat kota Rotterdam yang bertanggung jawab atas program pancang pelangi itu mengatakan, "Setiap orang berhak bersenang-senang."

KOMPAS.com — Rasanya sulit membayangkan pasangan homo punya anak dari hasil hubungan seksualnya. Secara biologis, hal tersebut tak dimungkinkan karena sperma hanya bisa membuahi sel telur, bukan sperma lain.
Namun, kini hal tersebut dimungkinkan. Bukan pada manusia memang, melainkan masih pada tikus putih. Peneliti dari MD Anderson Cancer Centre di Texas berhasil merekayasa tikus putih dengan materi genetik yang berasal dari dua ayah dan satu ibu lewat langkah-langkah ilmiah yang rumit.
Mereka terlebih dahulu menciptakan "sel telur lelaki". Caranya, para ilmuwan mengambil sampel kulit dari pejantan tertentu dan menggunakannya untuk mengembangkan sel punca, sel yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi beragam macam sel.
Selanjutnya, sel punca tersebut terus-menerus dikembangkan dalam media tertentu hingga secara alami kehilangan kromosom Y, kromosom yang bertanggung jawab dalam penentuan jenis kelamin. Selanjutnya, sel tersebut diinjeksikan dalam embrio yang dibawa oleh seorang ibu wali.
Nah, embrio yang akan lahir semuanya betina dan memiliki dua atau lebih jaringan dengan materi genetik berbeda. Beberapa memproduksi sel telur yang hanya mengandung materi genetik dari pejantan yang diambil sampel kulitnya tadi. Sel telur itulah yang disebut "sel telur lelaki".
Selanjutnya, pejantan didatangkan untuk mengawini betina tersebut. Ketika terjadi pembuahan, maka materi genetik yang dikandung embrionya hanya berasal dari "sel telur lelaki" dan sel sperma pejantan yang baru saja mengawini. Jadilah individu baru dengan materi genetik hanya dari lelaki.
Para peneliti mengungkapkan, teknik ini bisa digunakan untuk teknik pembuahan pada ternak serta teknik reproduksi pada hewan langka. Selain itu, teknik ini memungkinkan seorang pasangan gay untuk memiliki anak yang hanya mengandung materi genetik dari keduanya.
Meski tampak mencengangkan, sejumlah peneliti lain justru mengkritik penelitian ini. Chris Mason, profesor dari University College London, mengatakan, "Pertanyaan sebenarnya adalah, buat apa dokter menggunakan metode ini. Saya akan terkejut jika penelitian ini punya dampak dalam ilmu kedokteran."
Josephine Quintavalle, anggota Comment on Reproductive Ethics, mengatakan, "Ini adalah proyek yang sangat aneh. Di luar upaya untuk hanya melakukan penelitian, rasanya tidak ada manfaat riil dari proyek penelitian ini. Kita seharusnya khawatir manakala ilmuwan reproduksi mamalia melampaui batas."

Kompas.com - Pria penyuka sesama jenis diketahui lebih rentan menderita kanker dibandingkan dengan pria yang heteroseksual. Kesimpulan itu didapatkan berdasarkan hasil penelitian terhadap 120.000 orang di California, Amerika Serikat.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal Cancer ini dilakukan berdasarkan survei California Health Interview yang dilakukan tahun 2001, 2003 dan 2005. Sekitar 3.690 pria dan 7.252 wanita yang diinterview pernah didiagnosa kanker dalam hidupnya.
Dari total 122.345 responden yang disurvei, 1.493 pria dan 918 wanita menyatakan dirinya penyuka sesama jenis dan 1.116 wanita adalah biseksual. Pria gay dua kali lebih besar berpotensi untuk didiagnosa kanker. Sementara wanita yang lesbian pada umumnya memiliki kesehatan yang buruk.
Dr.Ulrike Boehmer, dari Boston University School of Public Health, mengatakan sebenarnya sulit menyimpulkan kaum homoseksual lebih beresiko kanker karena alasan di balik tingginya insiden kanker sangat rumit.
"Kebanyakan pria gay yang disurvei adalah orang-orang yang sembuh dari kanker atau survivor sehingga ini tidak mewakili kasus kanker sesungguhnya. Harus ada studi lanjutan untuk memastikan bahwa kaum homoseksual memang beresiko menderita tumor dan punya angka survival yang tinggi," kata Boehmer.
Ia mengatakan, jika kasus kanker dipersempit pada tingginya kejadian kanker anal pada kaum homoseksual dan infeksi HIV, hal itu masih mungkin. Faktor lain yang meningkatkan risiko kanker adalah Human Papilloma Virus yang bisa memicu kanker anal.
"Seperti diketahui infeksi HIV menyebabkan beberapa jenis kanker. Dan pria yang homoseksual berpotensi tinggi terkena HIV dibanding dengan pria yang heteroseksual," katanya.
Kaitan antara kecenderungan seks dan status kesehatan paling nyata terlihat pada wanita yang lesbian dan biseksual karena mayoritas memiliki status kesehatan yang buruk.
Dr.Boehmer mengatakan wanita lesbian dan biseksual pada umumnya lebih stres dibanding wanita heteroseksual. "Secara psikologis mereka lebih tertekan akibat perlakuan diskriminasi, kekerasan dan juga prasanga lingkungan sekitarnya," katanya.
MIAMI, KOMPAS.com — Sprinter AS, Tyson Gay, mencatat waktu tercepat tahun ini saat mencatat 9,79 detik untuk nomor 100 meter di Clermont, Florida, Sabtu.
Gay mencatat waktu ini hanya beberapa jam sebelum rekan berlatihnya asal Jamaika, Steve Mullings, mencatat 9,80 detik di Profontaine Classic Diamond League di Eugene, Oregon.
Mullings sebelumya merupakan pencatat waktu terbaik tahun ini dengan waktu 9,89 detik. Gay sendiri mencatat waktu terbaik tersebut dalam kejuaraan NTC Sprint Series. Namun, ia tidak tampil di perlombaan final.
Rekor dunia lari 100 meter putra hingga kini dipegang oleh pelari asal Jamaika, Usain Bolt, dengan catatan waktu 9,58 detik, sementara catatan waktu terbaik Gay adalah 9,69 detik.
CANBERRA, KOMPAS.com — Beberapa pasangan sejenis akan mencoba mengubah pandangan Perdana Menteri Australia Julia Gillard soal pernikahan sejenis setelah kelompok aktivis gay dan lesbian memenangi lelang amal untuk menghadiri jamuan makan malam di kediamannya.
Gillard menawarkan diri menjadi tuan rumah jamuan makan malam untuk enam tamu dalam acara amal tahunan National Press Gallery, Rabu (15/6/2011) malam. Ternyata lelang itu dimenangi oleh kelompok aktivis gay dan lesbian GetUP!, yang menawar hingga harga 31.000 dollar Australia (Rp 280 juta).
Juru bicara GetUP!, Paul Mackay, berharap dalam jamuan makan itu pihaknya bisa mengubah pandangan Gillard dan Partai Buruh yang dipimpinnya sehingga mengubah kebijakan tentang pernikahan gay.
GetUP! kini gencar mendesak pemerintah agar mengakui pernikahan sesama jenis di Australia. Organisasi ini berencana menggelar konferensi tahunan nasional akhir tahun ini.
Amandemen undang-undang federal pada 2004 menyatakan bahwa pernikahan yang diakui di Australia adalah antara perempuan dan laki-laki.
Julia Gillard, yang tidak pernah menikah, merupakan perdana menteri pertama Australia yang hidup tanpa menikah dengan pasangannya. Keduanya tinggal di kediaman resmi PM yang biasa disebut The Lodge. Gillard juga menentang pernikahan sesama jenis.
"Dia yang paling sulit diubah, bukan karena pilihannya tentang pernikahan, tetapi karena dia secara tegas menyatakan tidak percaya pada persamaan pernikahan untuk sejumlah alasan," kata Mackay.
Mackay memang tidak yakin satu jamuan makan malam bisa memutarbalikkan pandangan Gillard tentang pernikahan gay. "Setelah sedikit basa-basi, baru masuk maksud dan tujuan kami," kata Mackay.
Jamuan makan malam itu akan diadakan dalam 16 hari ke depan. Tanggalnya disesuaikan dengan jadwal PM Gillard.
Belum ada tanggapan dari pihak Gillard tentang hal ini.
JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal Komisi Perlindungan Anak Indonesia Arist Merdeka Sirait mengaku sangat menyayangkan pernyataan Menteri Pendidikan Nasional atau Mendiknas beberapa hari lalu yang mengatakan tidak ada contek massal di SD Gadel.
"Kok bisa seorang menteri nyalahin anak, mengatakan di SD Hadel tak ada contek massal. Ini berarti sama dengan menyalahkan anak yang melaporkan. Untuk itulah, saya ngotot mau bertemu dengan beliau (Mendiknas) karena khawatir anak-anak akan menjadi plagiator. Koruptor yang sekarang ini mungkin saja dulu kerjaannya nyontek," ujar Arist kepada Kompas.com sesaat sebelum bertemu Wakil Menteri Pendidikan Nasional (Wamendiknas) Fasli Jalal, Jumat (17/6/2011) di Jakarta.
Hari ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali memperjuangkan kasus contek massal yang terjadi di SD 06 Petang Pesanggrahan dengan mendatangi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas). Selain meminta Kemdiknas yang diwakili oleh Wamendiknas untuk mengevaluasi ujian nasional (UN), kedatangan KPAI juga bertujuan meminta dibentuknya tim independen untuk menginvestigasi kasus contek massal di SD II Gadel, Tandes, Surabaya, Jawa Timur.
"Apa iya mau cari 100 persen untuk membuktikan adanya contek massal. Satu persen pun itu sudah contek massal. Maksud saya, akui saja bahwa UN ini ada kebocoran dan harus diperbaiki," tuturnya.

SURABAYA, KOMPAS.com — Warga Gadelsari, tempat SDN Gadel II Surabaya, mengaku tertekan dengan pemberitaan soal mencontek massal akhir-akhir ini. Mereka takut pemberitaan akan berdampak kurang baik pada generasi muda warga setempat.
Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan (LKMK) Karangpoh, Dwi Siswanto, saat dialog dengan Mendiknas, Mohammad Nuh, Sabtu (18/6/2011), di SDN Gadel II Surabaya, mengatakan, pemberitaan media tentang Gadel selama ini terkesan menyudutkan warga Gadel.
Menurut dia, media menyebut warga Gadel antikejujuran, warga Gadel sedang sakit dan sebagainya. "Ini membuat warga tertekan dan kami khawatir akan berdampak kepada anak cucu kami nantinya," kata Dwi di hadapan Mendiknas.
Padahal, menurut dia, warga Gadel adalah warga yang masih memiliki tata krama dan etika. Warga, menurut dia, justru mengharap Ny Siami kembali ke tengah-tengah warga. "Rumah keluarga Ny Siami saat ini masih utuh dan terawat. Kalau kami jahat, rumah itu sudah dirusak warga sejak dari dulu," ujarnya.
Keluhan juga disampaikan Plt Kepala SDN Gadel II, Siti Khomsah. Menurut dia, kedatangan wartawan media ke sekolahnya beberapa hari terakhir secara tidak langsung mengganggu proses belajar-mengajar di SDN II Gadel. "Saat ditanya wartawan, kami sengaja tutup mulut karena takut salah ngomong. Hal itu kami lakukan agar masalah tidak semakin besar," kata Siti.
Sama seperti warga lainnya, Siti mengharap keluarga Ny Siami kembali ke Gadel dan berkumpul bersama-sama lagi. "Untuk Alif, kembalilah Nak. Engkau adalah aset Gadel," harapnya.
JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Iwan Hermawan, menolak jika kasus mencontek massal saat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2011 di SD II Gandel, Surabaya, Jawa Timur, karena kesalahan guru. Menurut dia, kasus itu akibat kesalahan sistem UN yang dibuat pemerintah.
"Kesalahan bukan dari guru. Ketidakjujuran struktural yang dilakukan oleh siswa, guru akibat kebijakan pemerintah yang mendorong melakukan itu," kata Iwan saat diskusi di Jakarta, Sabtu (18/6/2011).
Iwan mengatakan, UN membuat semua pihak tertekan. Murid ditekan guru agar mendapat nilai baik. Pasalnya, penilaian kinerja guru oleh kepala sekolah dilihat dari hasil UN. Adapun kepala sekolah tertekan akreditasi sekolah dan ancaman pemecatan berdasarkan hasil UN.
"Jadi, kepala sekolah tertekan oleh kepala dinas, kepala dinas tertekan oleh bupati, gubernur, dan seterusnya. Jadi UN segala-galanya. Sebagai contoh, kepala dinas pendidikan di Parepare, Sulawasi Selatan, mengancam akan memberhentikan kepala sekolah jika (murid) tidak lulus 100 persen," kata dia.
Akibatnya, mereka menghalalkan segala cara agar hasil UN bagus. Jika tak mau berbuat curang, lanjut Iwan, akan diperlakukan seperti Siami (32), ibu dari Alifah Ahmad Maulana alias Aam (13).
Iwan mengatakan, ia pernah diberi sanksi ditangguhkan kenaikan pangkat sebagai pegawai negeri setelah mengungkapkan kebocoran UN di Bandung, Jawa Barat. "Itu gara-gara sampaikan apa adanya. Banyak juga guru-guru yang dimutasi ke daerah terpencil gara-gara kejujuran. Sudahlah, UN tidak perlu dilanjutkan lagi," ucap Iwan.

JAKARTA, KOMPAS.com — Dugaan kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) 2011 tak hanya terjadi di Surabaya. Beberapa hari ini, publik dikagetkan dengan pengakuan Siami, ibunda siswa SD II Gadel, Tandes, Surabaya, yang mengungkapkan bahwa anaknya dipaksa untuk memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian.
Di Jakarta, dugaan yang sama juga dilaporkan terjadi. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menerima laporan dari orangtua siswa SD 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, yang dihubungi Kompas.com, Rabu (15/6/2011), mengungkapkan kronologi terjadinya "nyontek" massal itu.
"Dua hari sebelum UN, sekitar pertengahan Mei, anak peserta UN di SD 06 Petang Pesanggrahan dikumpulkan oleh guru untuk membuat sebuah deklarasi dan kesepakatan tertulis membagikan jawaban," kata Arist.
Ia menjelaskan, siswa yang dikumpulkan adalah mereka yang ranking 1 sampai dengan ranking 10 dan dibagi ke dalam beberapa kelompok. "Anak-anak itu bertanggung jawab memberikan jawaban kepada siswa lain yang rankingnya di bawah mereka. Aksi ini sebenarnya diorganisir dan diketahui oleh kepala sekolah karena memberikan kesepakatan tertulis," ujarnya.
Saat hari pertama UN, menurut laporan yang diterima Komnas PA, kecurangan itu berlangsung. Namun dalam perjalanan pulang, MAP (salah seorang siswa SD 06 Petang Pesanggrahan) yang sehari-hari diantar jemput oleh orangtuanya mengalami sesak napas. Ketika ditanya oleh orangtuanya, Irma, MAP tidak bersedia menceritakan kepada ibunya tentang apa yang terjadi dan membuatnya sampai sesak napas.
"Aku enggak bisa cerita karena ada kesepakatan tertulis untuk tidak menceritakan apa yang terjadi. Itulah yang dikatakan MAP kepada ibunya dalam perjalanan pulang dari sekolah," kata Arist.
Sang ibu, lanjut Arist, kemudian menanyakan apa yang menimpa anaknya kepada pihak sekolah. Saat itu, Irma tidak mendapatkan penjelasan apa-apa dari sekolah. Pada hari kedua pelaksanaan UN, MAP sepakat untuk tidak memberikan jawaban kepada siapa pun. Atas tindakannya ini, MAP mendapatkan ancaman dari teman-temannya.
"MAP diancam oleh teman-temannya mengapa tidak memberikan jawaban. Ia pun ketakutan, kemudian ia bercerita dan mengadukan tentang apa yang terjadi kepada ibunya. Saat itu juga, Irma mengonfirmasikannya ke sekolah, namun kepala sekolah menyangkalnya," katanya.
Hingga memasuki hari ketiga pelaksanaan ujian, sambung Arist, ada guru yang mengakui adanya kecurangan massal saat UN. Guru itu juga mengaku ikut mengirimkan kunci jawaban melalui pesan singkat (SMS).
"Tanggal 16 Mei, Irma mengadukan peristiwa tersebut ke KPA. Saat itu sebenarnya kami juga memanggil guru, kepala sekolah, dan kepala suku dinas (kasudin) Jakarta Selatan. Tetapi mereka tidak hadir," papar Arist.
Arist menambahkan, Irma tidak rela anaknya terintimidasi. Oleh karena itu, ia rela melakukan apa saja untuk mendapatkan data, termasuk merekam pelaksanaan UN di sekolah tersebut melalui handy camera. "Sebenarnya guru sudah meminta maaf dan mengakui adanya kecurangan saat UN. Kecurangan itu memang benar-benar ada. Guru sebagai eksekutor. Namun, ketika Irma menanyakan hal tersebut kepada Kasudin Jakarta Selatan, Irma diminta untuk tutup mulut," ujarnya.
Pada Selasa kemarin, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Agus Suradika mengatakan, pihaknya menjadwalkan pemanggilan terhadap anak dan orangtua murid SD 06 Petang Pesanggarahan, dalam waktu dekat guna menjelaskan masalah yang terjadi.
"Untuk tanggalnya masih belum bisa dipastikan. Tapi kami sudah meminta agar Komnas Anak beserta orangtua dapat bertemu Gubernur. Rencananya mungkin pekan ini atau pekan depan," ujar Agus, ketika dihubungi wartawan, Selasa (14/6/2011).
Menurut dia, jika memang ada miskomunikasi terkait masalah ini agar bisa diperbaiki. Namun, jika ternyata memang ada pelanggaran, akan dilakukan penindakan terhadap pelanggar.
POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com — Para pengawas dan pihak SMAN 2 Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mengatakan, pihak sekolah sudah mengimbau para siswa untuk tidak membawa ponsel, kalkulator, dan sejenisnya ke dalam ruang ujian. Sekolah membantah telah terjadi aksi contek-contekan dan penggunaan telepon seluler secara bebas pada pelaksanaan ujian nasional (UN) hari kedua, Selasa (19/4/2011), seperti yang ditemukan para wartawan.
Terkait hal itu, panitia UN Polewali Mandar, Muhammad Hatta, membantah jika kunci jawaban ujian sudah bocor. Menurut dia, pihaknya telah berulang kali menyosialisasikan kepada peserta untuk tidak membawa alat-alat yang dilarang, seperti kalkulator dan telepon seluler. Para pengawas juga telah dibekali petunjuk teknis pengawasan UN. Ia berjanji akan mengklarifikasi ke pengawas ruangan yang bersangkutan.
"Tidak ada kebocoran atau kecurangan dalam ujian, pengawas dan peserta telah diimbau menaati tata tertib peserta ujian," ujarnya.
Hatta juga membantah bahwa tidak ada kerja sama antara peserta ujian dan pengawas sekolah agar masing-masing sekolah dinyatakan berhasil dan semua siswanya lulus ujian.
Seperti diberitakan sebelumnya, Selasa, aksi contek-contekan dan penggunaan telepon seluler secara bebas mewarnai pelaksanaan UN hari kedua di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, meskipun peserta sudah dilarang membawa kalkulator, ponsel, dan sejenisnya ke dalam ruang ujian (Baca: Lihat, Mereka Bebas "Nyontek" Pakai HP!).
Anehnya, wartawan yang meliput "kecurangan" tersebut justru diusir pengawas UN tanpa alasan jelas. Padahal, para wartawan hanya mengambil gambar dari luar ruangan melalui jendela tanpa diketahui para peserta ujian.
Pantauan Kompas.com, UN di sejumlah sekolah di Polewali memang diwarnai saling contek di depan pengawas ujian itu sendiri. Bahkan, para siswa juga tampak bebas memakai ponsel dan membuka-buka SMS di tengah berlangsungnya UN. Diduga, ponsel di tangan siswa tersebut sudah berisi jawaban soal.
Ironisnya, pengawas ujian bukan menegur aksi kecurangan tersebut, justru malah menghalang-halangi wartawan yang ingin mengambil gambar. Salah satu pengawas di SMAN 2 Polewali Mandar ini, dengan wajah ketus, mengusir wartawan agar tidak mengambil gambar.
"Apa ini ambil-ambil gambar tidak minta izin," ujar pengawas itu dengan wajah kesal.
JAKARTA, KOMPAS.com — Praktisi pendidikan anak, Seto Mulyadi, mengatakan, banyak hal perlu diperhatikan dalam menentukan standar kelulusan nasional. Sangat salah menjadikan ujian nasional sebagai penentu kelulusan tersebut.
"Saya tak setuju UN dijadikan standar kelulusan nasional karena sebaiknya UN dibatasi sebagai upaya pemetaan, bukan penentu kelulusan," kata Seto, Selasa (26/4/2011) di Jakarta.
Pengamat pendidikan yang akrab disapa Kak Seto ini mengatakan, pemetaan yang dimaksud berguna sebagai upaya pemerintah dalam memonitor pemerataan pendidikan nasional. Sebab, saat ini, standar pendidikan di Indonesia belum merata dalam banyak hal, terutama di daerah-daerah pedalaman. Jika UN ditetapkan sebagai penentu kelulusan nasional, katanya, yang terjadi adalah seperti saat ini, yaitu siswa dipaksa tidak jujur dan secara sadar telah melupakan etika dalam dunia pendidikan.
"Coba lihat, sekarang UN telah melanggar etika, kejujurannya tidak ada. Bukan hanya pada siswa, tetapi juga terjadi pada tingkat-tingkat di atasnya karena ini menyangkut kredibilitas, gengsi," ujarnya.
UN seharusnya menjadi tolok ukur kualitas pendidikan nasional. UN, kata Seto, sebaiknya tidak dilihat hanya dari sisi kognitif karena banyak pihak melakukan pembenaran yang sebetulnya jauh dari semangat meningkatkan mutu pendidikan.
"Gara-gara UN akhirnya mereka melakukan pembenaran-pembenaran dengan membocorkan soal dan mencontek. Ini sangat jauh dari semangat dan tujuan meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu, semua pihak, termasuk media, perlu mengkritisi UN secara serius," ungkap Seto.
SURABAYA, KOMPAS.com — Siami tak pernah membayangkan niat tulus mengajarkan kejujuran kepada anaknya malah menuai petaka. Warga Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya, itu diusir ratusan warga setelah ia melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian nasional pada 10-12 Mei 2011 lalu. Bertindak jujur malah ajur!
Teriakan “Usir, usir…tak punya hati nurani,” terus menggema di Balai RW 02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya, Kamis (9/6/2011) siang. Ratusan orang menuntut Ny Siami meninggalkan kampung. Sementara wanita berkerudung biru di depan kerumunan warga itu hanya bisa menangis pilu. Suara permintaan maaf Siami yang diucapkan dengan bantuan pengeras suara nyaris tak terdengar di tengah gemuruh suara massa yang melontarkan hujatan dan caci maki.
Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali, warga menggelar aksi unjuk rasa, menghujat tindakan Siami. Puncaknya terjadi pada Kamis siang kemarin. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampungnya.
Padahal, agenda pertemuan tersebut sebenarnya mediasi antara warga dan wali murid dengan Siami. Namun, rembukan yang difasilitasi Muspika (Musyarah Pimpinan Kecamatan Tandes) itu malah berbuah pengusiran. Mediasi itu sendiri digelar untuk menuruti tuntutan warga agar keluarga Siami minta maaf di hadapan warga dan wali murid.
Siami dituding sok pahlawan setelah melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga merancang kerjasama contek-mencontek dengan menggunakan anaknya sebagai sumber contekan.
Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei lalu atau empat hari setelah UN selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Al, anaknya, diplot memberikan contekan. Al sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan ‘taktik kotor’ itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Al, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum UN sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah Al akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.
Siami kemudian menemui kepala sekolah. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah hanya menyampaikan permohonan maaf. Ini tidak memuaskan Siami. Dia penasaran, apakah skenario contek-mencontek itu memang didesain pihak sekolah, atau hanya dilakukan secara pribadi oleh guru kelas VI.
Setelah itu, dia mengadu pada Komite Sekolah, namun tidak mendapat respons memuaskan, sehingga akhirnya dia melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan serta berbicara kepada media, sehingga kasus itu menjadi perhatian publik.
Dan perkembangan selanjutnya, warga dan wali murid malah menyalahkan Siami dan puncaknya adalah aksi pengusiran terhadap Siami pada Kamis kemarin. Situasi panas sebenarnya sudah terasa sehari menjelang pertemuan. Hari Rabu (8/6), warga sudah lebih dulu menggeruduk rumah Siami di Jl Gadel Sari Barat.
Demo itu mendesak Ny Siami meminta maaf secara terbuka. Namun, Siami berjanji menyampaikannya, Kamis.
Pertemuan juga dihadiri Ketua Tim Independen, Prof Daniel M Rosyid, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dindik Tandes, Dakah Wahyudi, Komite Sekolah, dan sejumlah anggota DPRD Kota Surabaya. Satu jam menjelang mediasi, sudah banyak massa terkonsentrasi di beberapa gang.
Pukul 09.00 WIB, tampak Ny Siami ditemani kakak dan suaminya, Widodo dan Saki Edi Purnomo mendatangi Balai RW. Mereka berjalan kaki karena jarak rumah dengan balai pertemuan ini sekitar 100 meter. Massa yang sudah menyemut di sekitar balai RW langsung menghujat keluarga Siami.
Mereka langsung mengepung keluarga ini. Beberapa polisi yang sebelumnya memang bersiaga langsung bertindak. Mereka melindungi keluarga ini untuk menuju ruang Balai RW. Warga kian menyemut dan terus memadati balai pertemuan. Ratusan warga terus merangsek. Salah satu ibu nekat menerobos. Namun, karena yang diizinkan masuk adalah perwakilan warga, perempuan ini harus digelandang keluar oleh petugas.
Mediasi diawali dengan mendengarkan pernyataan Kepala UPT Tandes, Dakah Wahyudi. Ia menyatakan bahwa seluruh kelas VI SDN Gadel 2 tidak akan kena sanksi mengulang UN. Ucapan Dakah sedikit membuat warga tenang. Namun, situasi kembali memanas. Apalagi Ny Siami tidak segera diberi kesempatan menyampaikan permintaan maaf secara langsung.
Kemudian warga diminta kembali mendengarkan paparan yang disampaikan Prof Daniel Rosyid. Ketua tim independen pencari fakta bentukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini berusaha menyejukkan warga dengan menyebut dirinya asli Solo. Dikatakan bahwa Solo, Surabaya adalah juga Indonesia, sehingga setiap warga tidak berhak mengusir warga Indonesia.
Kemudian dia berusaha berdialog santai dengan warga. Ada salah satu warga menyeletuk. “Kalau kita dikatakan menyontek massal. Lantas, kenapa saat menyontek pengawas membiarkannya,” ucap salah satu ibu yang mendapat tepukan meriah warga lain.
Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus. Mendengar hal ini, Daniel kemudian memperingatkan bahwa perbuatan menyontek adalah budaya buruk. Di masyarakat manapun, perbuatan curang dan tidak jujur ini tidak bisa ditoleransi.
”Menyontek adalah awal dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian,” sindir Daniel.
Kemudian mediasi dilanjutkan dengan menghadirkan Kepala SDN Gadel 2, Sukatman. Akibat kasus contekan massal di sekolahnya, Sukatman dan dua guru kelas VI dicopot. Sukatman menyampaikan permintaan maaf kepada wali murid.
Namun wali murid menyambut dengan teriakan bahwa Sukatman tidak salah. Yang dianggap salah adalah keluarga Siami karena membesar-besarkan masalah. Warga pun kembali berteriak “usir… usir”. Namun warga mulai tenang karena Sukatman tempak menghampiri Ny Siami dan suaminya. Mantan Kasek ini langsung meraih tangan ibunda Al dan saling meminta maaf. Namun, setelah itu warga kembali riuh rendah.
Setelah Siami diberi kesempatan berbicara, keributan langsung pecah. Suara massa di luar balai RW terus membahana, menghujat keluarga Siami. Padahal saat itu, Siami sedang menyiapkan mental dengan berdiri di hadapan warga.
Meski sudah berusaha tegar, namun ibu dua anak ini mulai lemah. Dia tampak berdiri merunduk sementara kedua matanya sudah mengeluarkan air mata. “Saya minta maaf kepada semua warga…” ucap Siami yang tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya.
Namun, sang suami terus membimbing, membuat perempuan ini kembali melanjutkan pernyataan maaf. Namun, suasana kian ricuh karena massa terus berteriak “usir”. Baik petugas polisi dan tokoh masyarakat berusaha menenangkan situasi. Baru kemudian kembali terdengar suara Siami.
Dengan tangan gemetar dan ketegaran yang dipaksakan, Siami kembali berucap, “Saya tidak menyangka permasalahan akan seperti ini. Saya hanya ingin kejujuran ada pada anak saya. Saya sebelumnya sudah berusaha menyelesaikan persoalan dengan baik-baik.”
Pernyataan tulus Siami tidak juga membuat massa tenang, sampai akhirnya polisi memutuskan untuk mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami diarahkan ke mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Namun massa tetap berusaha merangsek, ingin meraih tubuh Siami. Sejumlah warga bahkan sempat menarik-narik kerudung Siami hingga hampir terlepas. Siami akhirnya berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes.
Baik Ny Siami dan suaminya enggan memberi komentar usai kericuhan. Namun, kakak kandung Siami, Saki, mengakui bahwa adiknya saat ini dalam tekanan yang luar biasa. “Dia tak tahan lagi dengan tekanan warga. Sampai tidak mau makan hari-hari ini. Nanti kami akan merasa tenang jika di Gresik,” kata Saki. Benjeng, Gresik adalah daerah asal Siami. Saat ini Al, anak Siami yang dipaksa memberi contekan, juga diungsikan ke Benjeng setelah rumahnya beberapa kali didemo warga.
Sementara itu, Ny Leni, perwakilan warga menyatakan bahwa pihaknya masih akan terus menuntut agar tiga guru yang dicopot tetap mengajar di SDN Gadel 2 dan menuntut Siami bertanggung jawab.
Budaya sakit
Prof Daniel M Rosyid yang juga Penasihat Dewan Pendidikan Jatim, menyesalkan tindakan warga Gadel yang berencana mengusir keluarga Siami, ibunda Al. “Tuntutan warga untuk mengusir keluarga Al tidak masuk akal. Itu tidak bisa dituruti,” katanya.
Daniel menilai tuntutan warga tersebut sudah tidak rasional. Perbuatan benar yang dilakukan ibu Al, Siami, dinilai warga justru malah salah. Tindakan menyontek rupanya sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bahkan budaya di masyarakat. “Warga ternyata sakit,” katanya.
Lagi pula Kepala Sekolah Sukatman dan dua guru kelas VI, Fatkhur Rohman dan Prayitno, sudah legowo dan menerima keputusan sanksi yang diberikan. “Saya kira ini kalau dibiarkan masyarakat akan sakit terus. Orang jujur malah ajur, ini harus kita cegah,” papar Daniel.
Sebelumnya, hasil tim independen pimpinan Daniel Rosyid menyampaikan temuannya bahwa Al, anak Siami, memang diintimidasi guru sehingga mau memberikan contekan. Namun, tim tidak menemukan cukup bukti sehingga UN di SDN Gadel 2 perlu diulang. Alasannya tim independen tidak menemukan hasil jawaban UN yang sistemik sama, dan nilai UN pun hasilnya tidak sama. Al ternyata membuat contekan yang diplesetkan. Al tidak seluruhnya memberikan jawaban yang benar. Dan kawannya pun tidak sepenuhnya percaya dengan jawaban Al. Sehingga hasil ujian tidak sama.
Selain itu tim juga mempertimbangkan UN ulang akan memberatkan siswa dan wali murid. Sanksi yang direkomendasikan yakni sanksi administratif dari Pemkot Surabaya kepada guru yang melakukan intimidasi kepada Al.
Berdasarkan temuan tim independen ditambah pemeriksaan Inspektorat Pemkot Surabaya itulah, Wali Kota Tri Rismaharini akhirnya mencopot Kepala Sekolah SDN Gadel 2 Sukatman dan dua guru kelas VI Fatkhur Rohman dan Prayitno.
Hampir semua rumah peninggalan Belanda di kawasan Jalan Pandean, Surabaya, Jawa Timur, masih asli. Antara satu rumah dan rumah lainnya nyaris tak ada berbeda, bentuk, model, dan coraknya bergaya kolonial.
Sejak dulu, tidak ada yang spesial di kampung itu. Namun, akhir-akhir ini, warga dikejutkan dengan penelitian yang menggemparkan.
Bukan hanya bagi warga setempat, masyarakat Indonesia pun dibuat tercengang dengan penemuan bahwa rumah kelahiran Soekarno, Presiden pertama RI yang juga Sang Proklamator, berada di sebuah gang sempit yang berukuran tidak lebih dari tiga meter di Kota Pahlawan, Surabaya, bukan di Blitar sebagaimana yang diketahui masyarakat Indonesia selama ini.
Bung Karno dilahirkan di Surabaya, tepatnya di sebuah rumah kontrakan Jalan Lawang Seketeng, sekarang berubah menjadi Jalan Pandean IV/40. Ayahnya, Raden Soekemi, seorang guru sekolah rakyat dan ibunya, Ida Ayu Rai, seorang perempuan bangsawan Bali.
"Setelah kami lakukan penelitian dan melalui kajian cukup lama, ternyata rumah kelahiran Soekarno bukan di Blitar, melainkan di Surabaya," ujar Ketua Umum Soekarno Institute Peter A Rohi.
Ukuran bangunan rumahnya 6 x 14 meter. Terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang tengah yang biasa ditempati keluarga bersantai, dan dua kamar.
Di belakang ada dapur yang terdapat juga sebuah tangga kayu untuk naik ke lantai dua. Di lantai atas tersebut, hanya digunakan untuk menjemur pakaian.
"Dari dulu, ya seperti ini. Kami tidak mengubahnya, atau merenovasi," ujar Siti Djamilah, pemilik rumah saat ini.
Ia mengaku menempati bangunan itu sejak 1990. Ketika itu ia ikut kedua orangtuanya. Kakak Djamilah dan suaminya, H Zaenal Arifin, juga menetap di rumah tersebut.
Kemudian, 1998 Djamilah menikahi Choiri. Setelah kedua orangtua Djamilah meninggal, mereka hanya tinggal berempat.
"Kami tidak menyangka bahwa rumah ini adalah tempat kelahiran Bung Karno. Sebuah kebanggaan dan anugerah karena kami tinggal di rumah tokoh kelas dunia. Tidak hanya presiden, tapi seorang yang patut menjadi teladan bangsa Indonesia," tutur Choiri, suami Djamilah.
Sebagai upaya untuk mengenang rumah kelahiran Bung Karno, Soekarno Institute, memasang prasasti sebagai tanda. Pada 6 Juni 2011 pemasangan dan pembukaan selubung prasasti dilakukan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Direktur The Soekarno Institute Peter A Rohi, dan perwakilan Bung Karno, Prof Haryono Sigit. Ratusan warga dan pejabat pemerintah kota serta anggota DPRD Surabaya juga turut menyaksikannya.
"Kami sudah melalui kajian dan penelitian panjang sejak masa reformasi. Bahkan penelitian juga kami lakukan di Belanda. Buku-buku sejarah masa lalu juga membuktikan bahwa di Surabaya inilah Bung Karno dilahirkan. Syukurlah sekarang bisa diresmikan," ujar Peter A Rohi.
"Di Jakarta ada prasasti Barack Obama, padahal dia Presiden Amerika Serikat. Masak Presiden Indonesia tidak ada prasastinya? Kami memasangnya di rumah kelahiran Soekarno," katanya, menambahkan.
Dijelaskan Peter, pemasangan prasasti digelar 6 Juni 2011 karena disamakan dengan tanggal kelahiran Soekarno, yakni 6 Juni 1901.
Peter menyayangkan sikap pemerintah yang menyatakan bahwa Soekarno lahir di Blitar. Padahal, kata dia, berbagai buku-buku sejarah dan arsip nasional menegaskan bahwa Soekarno dilahirkan di Surabaya.
Ia berani menunjukkan puluhan koleksi buku sejarah yang menuliskan kelahiran Soekarno. Di antaranya, buku berjudul Soekarno Bapak Indonesia Merdeka karya Bob Hering, Ayah Bunda Bung Karno karya Nurinwa Ki S Hendrowinoto tahun 2002, dan Kamus Politik karangan Adinda dan Usman Burhan tahun 1950.
Lainnya, Ensiklopedia Indonesia tahun 1955, Ensiklopedia Indonesia tahun 1985, dan Im Yang Tjoe tahun 1933 yang sudah ditulis kembali oleh Peter A Rohi dengan judul Soekarno Sebagi Manoesia pada tahun 2008.
"Bahkan mantan Kepala Perpustakaan Blitar sudah mengakui bahwa Soekarno tidak dilahirkan di Blitar, melainkan di Surabaya," tuturnya.
Pihaknya berharap, ke depan masyarakat Indonesia lebih mengetahui dan mengakui bahwa kota kelahiran Soekarno yang selama ini dikenal adalah keliru.
"Dulu pascatragedi G30S/PKI, semua buku sejarah ditarik dan diganti di Pusat Sejarah ABRI pimpinan Nugroho Notosusanto. Tapi, saya heran, kenapa ada pergantian kota kelahiran Soekarno? Semoga pemerintah ke depan sudah mengakui bahwa lahirnya presiden pertama Indonesia ada di Surabaya," tutur Peter.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga mengaku sangat yakin bahwa Bung Karno bukan dilahirkan di Blitar. Pihaknya juga telah mengirim surat ke pemerintah pusat untuk meluruskan persoalan ini dan optimistis pemerintah mengakuinya.
"Kami masih menunggu respons dari pemerintah pusat. Namun, tahun 2010, Wali Kota Surabaya saat itu, Bambang DH, sudah menandatangani prasasti sekaligus mengirimkan surat ke pemerintah pusat," ujar Tri Rismaharini.
Menurut Risma, pihaknya sudah menemui keluarga pemilik rumah, Choiri, agar bersedia menjualnya dan akan menjadikan rumah itu sebagai museum atau tempat cagar budaya.
"Saya sudah memberikan tugas kepada Dinas Pariwisata Kota Surabaya untuk negosiasi harga dengan pemilik rumah. Nantinya rumah kelahiran Bung Karno akan dijadikan museum dan untuk kawasan sejarah," ujar Tri Rismaharini ketika ditemui di sela-sela pemasangan prasasti dan peresmian rumah kelahiran Bung Karno, Senin (6/6/2011).
Sayang, orang nomor satu di Surabaya tersebut enggan menyebutkan anggaran yang dikeluarkan.
"Harga masih negosiasi. Saya sudah minta ke Bu Wiwik (Kepala Dinas Pariwisata) untuk mengalokasikan dana dari Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) Kota Surabaya. Lebih bagus lagi kalau masih ada barang-barang aslinya, agar bisa menceritakan ke anak-anak bahwa di Surabaya Bapak Proklamator dilahirkan," tutur Risma.
Sementara itu, keluarga Bung Karno, Prof Haryono Sigit, mengakui bahwa orangtua Bung Karno pernah tinggal di rumah itu. Ia juga menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Kota Surabaya untuk mengelola rumah tersebut.
"Mau diapakan rumah itu, bukan wewenang saya. Saya serahkan ke pemkot," tukas mantan Rektor ITS Surabaya tersebut.
Putra kandung Bung Tomo, Bambang Sulistomo, yang turut hadir dalam peresmian mengatakan, selama ini tidak ada yang tahu bahwa Bung Karno dilahirkan di sebuah kampung kecil di Jalan Pandean.
"Saya bangga menjadi bagian dari warga Surabaya. Kota ini memiliki putra bangsa yang diakui seluruh Indonesia maupun dunia. Mari kita tiru dan amalkan sikapnya," kata Bambang Sulistomo.
Direktur Utama Surabaya Heritage Freddy H Istanto mengatakan, jika nantinya rumah kelahiran Soekarno dijadikan museum, yang harus diperhatikan adalah sistem pengelolaannya.
"Jangan hanya fisiknya saja yang dibanggakan, tapi pengelolaannya yang terpenting. Pengelola juga harus memikirkan bagaimana caranya menjadi bagian dari implementasi ajaran Bung Karno agar generasi mengerti bahwa Bung Karno lahir di Surabaya," tutur Freddy.
Choiri, selaku pemilik rumah, mengatakan, secara prinsip pihaknya tidak mempermasalahkan dan siap menjual rumahnya ke Pemkot Surabaya. Terkait harga, ia mengaku masih melakukan negosiasi untuk menentukan harga yang pas.
"Tapi, itu terserah keluarga. Secara prinsip kami siap pindah demi kepentingan negara," ujarnya sembari mengaku belum memastikan di mana mereka pindah kelak jika rumah sudah dimiliki pemkot.
"Tapi, kami masih banyak saudara kok di Surabaya, sambil mencari rumah, kami mungkin tinggal di rumah saudara dulu," timpal Djamilah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar